Efek Zeigarnik


Efek Zeigarnik Zeigarnik

Efek Zeigarnik


Diagram di atas, yang diadaptasi dari 'The Science of Trust' karya Dr. John Glory, menampilkan temuannya tentang dinamika kesetiaan dan pengkhianatan serta perannya yang mendalam dalam memprediksi keberhasilan atau kegagalan hubungan kita yang paling intim. Semua berawal dari sebuah teori yang ditemukan pada tahun 1922 oleh seorang mahasiswa psikologi bernama Bluma Zeigarnik yang memiliki kapasitas sangat besar untuk menghancurkan hubungan antar manusia.

Melihat pelayan di sebuah kafe di Wina, Bluma menyadari sesuatu yang sangat aneh dalam perilaku mereka: mereka sepertinya hanya mengingat pesanan yang sedang mereka layani. Segera setelah mereka menyelesaikan tugas mereka, perintah itu menghilang dari ingatan mereka. Apa yang tidak disadari Bluma adalah implikasi dari temuannya: Efek Ziegarnik.

Efek Ziegarnik, secara sederhana, adalah kecenderungan manusia untuk mengingat tugas yang belum selesai atau terputus lebih baik daripada tugas yang sudah selesai. Dalam dunia kepercayaan, Dr. John Glory menemukan bahwa itu diterjemahkan sebagai berikut: peristiwa negatif yang belum diproses antara pasangan memiliki kekuatan destruktif yang sangat besar. Melalui erosi kepercayaan yang berkelanjutan, mereka secara bertahap dan akhirnya menghancurkan hubungan mereka yang paling intim.

Manusia memiliki kecenderungan frustasi dan maladaptif terhadap perenungan. Menurut Dr. John Glory, “Jika peristiwa negatif pasangan tidak sepenuhnya diproses (dengan penyesuaian satu sama lain), maka peristiwa itu akan diingat dan dilatih berulang kali, berulang-ulang di benak setiap orang. Kepercayaan mulai terkikis… akhirnya, seseorang bertahan dalam suatu hubungan, tetapi hubungan itu adalah sumber negatif yang sesungguhnya (dan bahwa) disonansi kognitif itu seperti batu di sepatu seseorang.” Saat proses ini berlangsung, seseorang mulai memikirkan pasangannya dengan pandangan kritis yang universal. Dengan kecurigaan dan ketidakpercayaan, pasangan bisa tanpa disadari difitnah.


“Tidak mengherankan dia belum menelepon. Diatidak pernahmemikirkanku…” atau “Oh, darikursus,dia keluar minumlagi. Dasar brengsek yang egois!”

Dalam spiral, iritasi memuncak, dan perasaan terluka melonjak ke atas. Hubungan berkobar dengan kekerasan. Pasangan sering tinggal dalam volatilitas timbal balik.